Impact Kebaikan

Kisah kebermanfaatan yang sudah kamu berikan kepada mereka.

Serius! Ayu Pujianti Butuh Uluran, Begini Kondisinya Sekarang

Tragis sekali nasib Ayu Pujianti (27), warga Kp Nyalindung RT 05 RW 01, Desa Solokan Jeruk, Kecamatan Solokan Jeruk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Ayu Pujianti harus kehilangan pekerjaan di pabrik akibat mata kanannya tak bisa melihat.

‘’Setelah di cek ke RS Mata Cicendo, discan bagian kepala, ternyata ada tumor di dalam kepala saya,’’ ungkap Ayu Pujianti saat di temui di rumahnya, Sabtu (24/7/2021).

Melihat kondisi Ayu seperti itu, Suaminya, Agus, malah pergi dari rumah. Padahal, mereka sudah memiliki dua orang anak, yaitu Raka Ipang (7 tahun) dan Mesya (2 tahun).

Ayu Pujianti Jual Gorengan
Untuk bisa menghidupi mereka, yang selama ini tinggal di rumah Enok (50), ibu kandungnya, berusaha mendapatkan penghasilan dari berjualan gorengan.
‘’Saya bantu Emak (panggilan Enok,red), berjualan gorengan keliling kampung pake baskom,’’ jelas dia.

Hasilnya pun tak seberapa. Setiap hari, Ayu hanya bisa mendapatkan uang sebesar Rp 50-70 ribu. Pendapatan itu lumayan cukup jika ditambah dengan pendapatan Enok berjualan gorengan dan seblak di depan rumahnya.


Nahas, suatu waktu saat berkeliling berjualan gorengan, kaki kiri Ayu Pujianti tertusuk paku di jalan. Paku itu menembus kaki di antara kelingking dan jari manis.

Esoknya, Ayu pergi ke Puskesmas Solokan Jeruk. Usai diperiksa, Ayu Pujianti hanya memperoleh obat luka luar saja. Setiap hari Ayu meneteskan obat itu ke kakinya yang luka.

Beberapa hari kemudian, perih di lukanya tidak terasa. Tapi, sebulan kemudian, Ayu kembali merasakan sakit di bekas luka kakinya.

Ia pun tak menghiraukannya. Tapi lama kelamaan, semua jari Ayu berwarna hitam. Di bekas lukanya keluar nanah. Nanah itu pun menyebar ke beberapa bagian kakinya. Bahkan, tumit kakinya pun berangsur-angsur bolong.

‘’Sampe keluar belatung,’’ ungkap dia.

Untuk diketahui, kejadian kaki Ayu Pujianti tertusuk paku terjadi pada Desember 2020.

Selama berbulan-bulan, hingga kini, Ayu hanya bisa rebahan di kasur di ruang tengah. Untuk ke kamar mandi pun, Ayu harus merangkak.

Saat Bulan Ramadan, Ayu pun memeriksakan kondisi kakinya yang semakin parah ke RSUD Majalaya.

Di sana, Ayu malah divonis positif COVID-19. Ia pun dirawat di ruang isolasi. Tapi anehnya, luka di kaki Ayu tak ditangani sama sekali.

‘’Kata perawat di sana, mereka fokus menangani virus COVID-19-nya,’’ jelas dia.

Usai di isolasi selama 14 hari, Ayu pun dinyatakan negatif COVID-19. Ia pun pulang. Tapi sakit di kakinya semakin tak tertahankan.

Ia pun memeriksakan diri lagi ke dokter.

‘’Katanya kaki saya sudah tetanus, exim. Jadi tidak bisa disembuhkan. Harus diamputasi,’’ lirih Ayu.

Kini, Ayu bersiap untuk diamputasi. Ia mengaku tak masalah jika memang harus kehilangan sebagian kaki kirinya. Ia hanya berharap, bisa segera sembuh dan punya kaki palsu dan kursi roda. Ia ingin segera berjualan lagi.

‘’Saya pengen bantu emak berjualan lagi. Kalau ada modal mah, ditambah sama jualan masakan,’’ ungkap Ayu.

Enok pun berharap yang sama. Soalnya, Ayu merupakan anak ketiganya yang biasa bantu berjualan. Anak pertamanya, laki-laki, sudah menikah. Anaknya pun lima. Sudah ngontrak bersama istrinya.

Sedangkan anaknya yang kedua mengalami gangguan mental.

‘’Kalau kata dokter mah autis,’’ jelas dia.

Anaknya yang keempat sudah bekerja di pabrik. Tapi gajinya sangat kecil. Jadi, Enok mengaku sangat terbantu saat Ayu membantunya berjualan gorengan.

‘’Karena Ayu sekarang sakit, saya yang berkeliling jualan gorengan pagi-pagi. Siangnya jualan gorengan sama seblak di rumah,’’ungkap Enok.

Rumah Enok berukuran sangat kecil. Hanya 40 meter. Satu kamar digunakan tidur oleh anak-anaknya Ayu. Satu kamar lagi digunakan oleh anak bungsunya.

‘’Emak mah tidur di ruang tengah sama Ayu. Sambil nungguin,’’ungkap dia.

Di atas ruang tengah ada tangga. Tapi di atas tidak ada kamar. Hanya atap. Pinggirnya hanya ditutup sarung dan kain.

Jadi kalau hujan lebat, air dari atas bocor ke bawah dengan deras. Kalau itu terjadi, Ayu yang sedang sakit pun terpaksa harus mojok dan melipat kakinya. Sedangkan Enok sibuk mengurusi supaya air hujan tidak membasahi kasur di ruang tengah.

Memperoleh informasi ini, For Humanity, sebuah lembaga kemanusiaan, langsung bergerak cepat.

‘’Kami langsung menyerahkan bantuan untuk tambahan biaya operasi amputasi Ibu Ayu, dan sembako untuk kehidupan sehari-hari keluarganya,’’ ungkap Direktur For Humanity, Mohammad Ihsan Purwana saat ditemui di rumah Ayu.

Menurut Ihsan, pihaknya akan mengajak para donatur untuk membantu Ayu supaya bisa kembali pulih dan menjalankan hidup seperti semula.

For Humanity berencana untuk menggalang dana untuk pembelian kaki palsu, pengobatan tumor dan bantuan modal Ayu untuk berjualan.

‘’Meski di tengah kondisi Pandemi COVID-19 seperti ini, jika kita bergotong royong, In Sya Allah bisa meringankan beban Ayu dan keluarganya,’’ pungkas Ihsan.

(SFL)

Temukan dan Hubungi Kami di :

© For Humanity. All rights reserved