Hanya karena luka-luka kering yang didapat dari mengumpulkan botol plastik, Nurul disebut anak monyet.
Sebagai anak kecil, Nurul mungkin ga tahu apa-apa. Tapi, ibunya di surga pasti sedih banget dengernya. Neneknya yang selama ini susah payah menghidupinya dengan barang bekas pun pasti sama sakitnya. Bahkan, anak yang tidak yatim piatu pun, rasanya ga pantas disebut seperti itu.
Sejak kecil Nurul diurus oleh neneknya. Ibunya yang sempat ingin kembali ke kampung halamannya, meninggal di kapal saat dalam perjalanan pulang. Sehingga, kini Nurul hidup dengan neneknya dalam serba kekurangan.
Sang nenek hanya seorang pengepul plastik. Di usianya yang sudah senja, mencari pekerjaan yang lebih baik rasanya sudah sangat sulit. Karena inilah, Nurul turut membantu neneknya berjalan mengumpulkan plastik dari kumpulan sampah.
Setiap pagi, Nurul akan bangun tanpa nenek di sampingnya, mengingat sang nenek sudah berangkat mengumpulkan plastik sejak subuh. Jika lapar, Nurul akan berjalan ke dapur dan melihat stok beras terlebih dulu. Karena seringnya, mereka berdua tak punya uang untuk beli beras dan harus berpuasa makan.
Jika tidak ada sama sekali persediaan beras, Nurul ga akan diam saja. Ia akan langsung mencari botol-botol plastik di sekitar rumahnya. Nurul ga peduli anak-anak lain menyebutnya anak monyet saat ia sedang mengumpulkan plastik. Lebih baik ia mendapatkan uang Rp.10.000 dari mengepul plastik, daripada menanggapi cemoohan.
Hati kecil Nurul ternyata sekuat baja, lebih kuat dari anak-anak sekitarnya. Namun, hati kuat itu terbentuk karena hidupnya yang serba kekurangan dan perlakuan tidak baik dari orang sekitarnya.
Sahabat, yuk kita bantu Nurul dan neneknya mendapatkan kehidupan yang lebih layak. InsyaAllah, dengan berdonasi kepada anak yatim, hidupmu akan dilimpahkan keberkahan yang tak terkira. Amin…
Salurkan sedekah terbaik dengan cara:
Kantor Yayasan Amal Bakti Dunia Islam
Jl. Panji Tilar Negara 150A. Tanjung Karang Kota Mataram-Lombok, Nusa Tenggara Barat
Belum ada Fundraiser