SLB Yayasan Cinta Harapan Indonesia (YCHI) di Desa Toya, Lombok Timur berdiri 5 tahun lalu di sebuah gedung tua. Itu pun statusnya hanya meminjam dan bisa kapan pun diambil alih.
Padahal murid-murid di sana berasal dari keluarga prasejahtera. Kalau sekolah tutup, belum tentu mereka bisa melanjutkan di tempat lain.
Gedung ini terdiri dari 2 bangunan kecil yang dijadikan sebagai ruang kelas, ruang guru, dan ruang praktikum. Ruang kelas yang ditempati oleh anak untuk belajar hanya berukuran 3x2 peruang kelas, karena harus dibagi dengan ketunaan yang lainnya.
Selain ruang kelas yang sempit, fasilitas sekolahnya juga hanya seadaanya dengan meja dan duduk lesehan tanpa alas dengan kondisi yang panas tanpa kipas ataupun AC.
Dampak yang terjadi apabila SLB Cinta Harapan tidak dibantu
1. 56 anak yang saat ini sudah bersekolah terancam putus sekolah apabila bangunan tersebut diambil oleh pihak pemerintah, karena dalam gedung ini bisa diambil kapan saja oleh pihak pemerintah sesuai dengan surat perjanjian.
2. Semakin banyak anak berkebutuhan khusus yang tidak memiliki pendidikan dan skill untk bekerja, sehingga hanya dianggap orang gila dilingkungan masyarakat.
3. Orangtua harus menempuh jarak yang cukup jauh untukmenyekolahkan anaknya, anak kalau sudah lelah di jalan sampai sekolah bisa tantrum.
Sahabat, bagi murid-murid dan guru di SLB, tempat belajar yang nyaman adalah sebuah keharusan.
Maukah Sahabat ikut gotong royong bangun kelas untuk anak disabilitas?