Siapa yang tak bergetar melihat seorang lansia berjuang dengan menahan lapar berjualan pisang keliling karena harus merawat istrinya yang tak berdaya diatas kasur.
Bagi Abah Enda (64 tahun), lebih baik menahan perut lapar dibandingkan harus menahan rasa sakit melihat istri tercintanya tak bisa minum obat dan mengeluh kesakitan karena stroke yang dideritanya. Bahkan sampai setengah tubuhnya mati rasa tak bisa digerakan.
Mak Karmini (62 tahun) sudah sakit stroke sejak 2021. Berawal ketika Mak selesai wudhu terjatuh dan tak sadarkan diri. Sejak saat itu Mak harus terkulai lemas terbaring ditempat tidurnya.
Karena keterbatasan biaya, mak hanya bisa dirawat dirumah dengan obat ala kadarnya yang dibelinya diwarung terdekat.
Setiap hari Abah mengurus istri tercinta. “Maak Abah rawat dengan ala kadarnya karena abah penghasilannya sedikit”. Ujar Abah.
Dari pagi Abah sudah keliling, tapi sampai sore gini belum ada satu pun yang membeli. Kaki Abah sudah sakit nggak kuat. Tapi kalau pulang ke rumah pun Abah nggak bisa bawa apa-apa, kasian emak mungkin dari tadi nungguin Abah pulang. ~Ungkap Abah Enda dengan penuh tangis.
Abah Enda terus berjuang menjajakan pisang dagangannya kesetiap kampung. Itu pun pendapatan yang didapatkannya pun tak besar. Dalam 1 sisir pisang yang Abah Enda jual, Abah hanya memiliki keuntungan 2 ribu rupiah. Dalam satu hari Abah hanya bisa menjual 10 sisir pisang. Artinya dalam satu hari Abah hanya bisa mendapatkan 20 ribu rupiah. Jika tak laku, Abah harus pulang tanpa membawa uang sedikit pun dengan menahan perut lapar sambil menangis karena pisang dagangannya tak ada yang laku satu pun.
Dengan perut lapar Abah pun terus berharap ada yang mau membeli pisang dagangannya. Sahabat kebaikan, Perjuangan Abah Enda begitu luar biasa. Kita bisa membantu abah untuk modal usaha dan menemani terapi untuk Mak Karmini agar mereka bisa tersenyum disisa usianya.