Anak-anak yang hidup di daerah tertinggal, rata-rata dibesarkan dengan upah buruh harian. Hidupnya tak punya banyak pilihan, termasuk urusan pendidikan.
Bersyukur, biasanya di daerah-daerah pinggiran selalu saja ada pondok-pondok pesantren yang membuka pintu untuk mereka. Di sana mereka bisa belajar tanpa biaya, bahkan dibimbing sampai bisa jadi hafidz Qur’an.
Namun di balik semua itu, kita mungkin luput dengan satu fakta bahwa: pesantren-pesantren pinggiran selalu berjibaku dengan segala keterbatasan. Sekalipun dalam pemenuhan air bersih, banyak sekali yang masih kesulitan. Seperti di Pesantren Madinatul Qur’an, Desa Simpang Pasir, Kecamatan Palaran, Kabupaten Samarinda, Kalimantan Timur.
Pesantren tak mampu bangun sumur. Jadi hanya ada air sungai/parit dari danau bekas galian tambang, tempat di mana 60 santri yatim dan dhuafa mendapatkan air untuk wudhu, minum, dan kebutuhan toilet, selama bertahun-tahun. Sudah bisa dibayangkan, airnya berbau tambang. Dan sayangnya, air tersebut jika kemarau mengalami kekeringan, juga airnya keruh jika hujan melanda, akibatnya santri kesulitan air bersih.
Sahabat, pernahkah kamu menghitung berapa banyak anak yang terselamatkan pendidikannya berkat kehadiran pesantren-pesantren pinggiran? Pernahkah melihat anak-anak hafidz yang berhasil berkat didikan pondok-pondok Qur’an pedalaman?
Sesungguhnya, di tangan-tangan merekalah pintu amal jariyah terbuka luas. Membantu anak-anak pesantren pinggiran sama dengan membantu kita sendiri untuk menghimpun pahala tak berkesudahan.
Dengan patungan sedekah pembangunan sumur bor untuk mereka, Insya Allah mengalirkan pahala dari setiap tetes air yang mereka gunakan setiap harinya.
Salurkan sedekah terbaik dengan cara:
Legalitas:
Akta Pendirian
Nomor SK Pengesahan Organisasi