Kenalin, ini Abah Ajo. Usianya kini 60 tahun, dan kehidupannya jauh dari kata mudah. Abah tinggal seorang diri di sebuah kontrakan kecil berukuran 3x3 meter.
Di kamar itu, rongsokan barang bekas yang ia kumpulkan menumpuk menjadi pemandangan sehari-hari. Barang-barang tersebut bukanlah benda sembarangan, melainkan hasil pencarian Abah sepanjang malam yang sering ia temukan di tempat sampah, pasar loak, atau bahkan di pinggir jalan. Semua barang itu ia simpan dengan harapan ada yang bisa dipakai atau dijual kembali. Namun, kenyataannya, tumpukan rongsokan itu sering kali membuat kamar semakin sempit dan berantakan.
Setiap malam, setelah berkeliling mencari barang, Abah tidur di tumpukan rongsokan itu. Tidur bersama bau khas dari barang bekas yang ia kumpulkan. Kamar itu menjadi rumah dan tempat tidur sekaligus, meski tidak nyaman. Bahkan, jika barang-barang yang terkumpul terlalu banyak, Abah kesulitan untuk tidur di tempat itu. Tidur yang nyenyak jauh dari pikirannya. Ketika rasa lelahnya sudah tidak tertahankan, ia terkadang tidur di jalanan, mencari tempat yang sedikit lebih lapang agar bisa meregangkan tubuhnya yang letih.
Abah berangkat dari rumah setiap malam sekitar pukul 10, dan baru pulang menjelang pagi, kadang malah tak pulang sama sekali. Pekerjaan utamanya memang mencari barang bekas, barang yang bisa dipakai atau dijual lagi. Ia tak pernah tahu pasti berapa banyak uang yang bisa didapatkan, yang penting ia bisa makan dan bertahan hidup. Makan pun tidak selalu mudah. Abah seringkali harus membeli lauk seadanya di warung, yang kadang cuma cukup untuk mengganjal perutnya, tidak lebih. Meski begitu, bagi Abah, itu sudah cukup. Yang penting ia bisa makan dan tidak merasa lapar di malam hari.
Namun, tubuh Abah kini mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Benjolan-benjolan aneh mulai tumbuh di sekujur tubuhnya, dari kepala hingga kaki. Ada benjolan besar di bagian punggung, bahkan satu benjolan sebesar telur angsa yang sudah pernah dioperasi, kini tumbuh kembali dengan bentuk yang lebih besar. Benjolan di dada Abah juga semakin mengkhawatirkan. Satu benjolan besar, seperti anggur, muncul di dada kiri, menambah daftar kekhawatiran baru bagi Abah. Meskipun ia tidak punya banyak pilihan untuk perawatan medis, Abah tidak mengeluh. Ia tahu, tak banyak orang yang peduli dengan kondisinya. Ia hanya berusaha bertahan, meskipun sakit itu makin membekas di tubuhnya yang renta.
Anaknya, yang juga hidup dalam kondisi serupa, merasakan penderitaan yang sama. Benjolan-benjolan itu tumbuh di tubuh anaknya, seolah mengikuti jejak Abah. Setiap hari, benjolan-benjolan itu semakin membesar, menyebar ke tubuh mereka seperti jamur yang tumbuh tak terkendali. Mereka berdua, Abah dan anaknya, seakan menjadi satu kesatuan penderitaan yang tak terpisahkan. Namun, meskipun tubuh mereka tergerogoti penyakit dan hidup mereka dipenuhi kesulitan, mereka tetap berjuang untuk tetap bertahan. Dalam hidup yang keras ini, mereka hanya punya satu hal yang bisa diandalkan—keinginan untuk bertahan, meski kadang semuanya terasa sia-sia.
Kantor Yayasan Wahdah Inisiatif Kebaikan
Jl. Graha Jati No.5 RT001/RW013 Desa Lagadar, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kode Pos 40216
Informasi & Konfirmasi Donasi
+62 877-7717-71745 ( Call Center )
Tanda Terdaftar
AHU-0017625.AH.01.04. TAHUN 2023
Belum ada donasi untuk penggalangan dana ini
Belum ada Fundraiser
Menanti doa-doa orang baik