Anak-anak penghafal Qur’an di pelosok Bangka ini sering berwudhu menggunakan air kotor dan bau timah 😣
Iya, hal tersebut terjadi karena sulitnya air bersih yang dirasakan oleh Rumah Tahfidz Al-Ijhtihat dan warga setempat. Akhirnya mereka sehari-hari bersuci dengan air yang ditampung di bekas galian timah. Terbayang kalau kumur-kumur pasti mulut mereka merasakan bau karat.
Dulu air tersebut berasal dari SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) daerah setempat, namun airnya pun sangat terbatas, karena digunakan oleh 200 Kartu Keluarga.
Air SPAM tersebut diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan warga. Sehingga, Rumah Tahfidz Al-Ijhtihat harus menunggu jadwal bergilir pengisian air selama lebih dari 8 jam, setelah airnya disalurkan ke beberapa dusun. Bahkan, warga pun seringnya banyak yang tidak kebagian. Lalu bagaimana nasib para santri di Rumah Tahfidz Al-Ijhtihat, ya?
Jikalau Rumah Tahfidz Al-Ijhtihat tidak mendapatkan sisa air sedikit pun, maka para santri dan guru masing-masing harus membawa air menggunakan botol bekas untuk berwudhu. Namun, itu pun kalau rumah mereka mendapatkan jatah air. Kalau tidak mendapatkan jatah? Ya terpaksa menggunakan air yang ditampung di kolam penampungan.
Sahabat, Rumah Tahfidz Al-Ijhtihat ini berdiri sejak tahun 2001, dilatar belakangi dengan banyaknya anak-anak yang buta Al-Qur’an di Desa Jada Bahrin, Bangka Selatan. Anak-anak di sana memiliki minat yang besar untuk mempelajari Al-Qur’an, namun tidak ada yang mewadahinya. Maka dari itu, didirikanlah lembaga rumah Qur’an sebagai pusat pembelajaran Qur’an dan ilmu agama pertama di desa.
Wah, keren ya anak-anak di sana! Mereka antusiasnya luar biasa, namun tidak didukung dengan fasilitas yang memadai. Lalu, apa yang bisa kita perbuat untuk membantu para santri di Rumah Tahfidz Al-Ijhtihat?
Sahabat, mau menampung pahala jariyah di akhirat? Yuk, kita hadirkan sumur bor untuk menghasilkan air bersih yang melimpah, lengkap dengan MCK dan penampungan airnya.
“Ada tujuh amalan yang akan mengalir pahalanya bagi seorang hamba, meskipun ia berbaring di lubang kuburan setelah meninggal: (1) mengajarkan ilmu, (2) mengalirkan air sungai, (3) membuat sumur, (4) menanam kurma, (5) membangun masjid, (6) membagikan mushaf Al-Qur’an, atau (7) meninggalkan anak yang akan memintakan ampun baginya setelah ia meninggal. “ (HR. Al-Bazzar. Dinilai hasan oleh Al-Albani)
Insya Allah, setiap tetesan air yang digunakan para santri untuk berwudhu menjadi aliran pahala yang terus bertambah ke tampungan amal kita, walau kita sudah tidak ada di dunia.
Salurkan donasi terbaik dengan cara:
Belum ada Fundraiser