Ribuan lansia harus bekerja keras mendapatkan beras karena hidup yang sebatang kara. Dua di antaranya ada Kakek Demi dan Nenek Samiah.
Beban batu yang Kakek Demi angkat menjadi semacam simbol dari beban hidupnya yang tak kunjung reda. Tubuhnya yang semakin bungkuk mencerminkan perjuangan yang tak kenal lelah.
Meskipun upah yang ia terima tidak seberapa, tapi Kek Demi tetap melanjutkan rutinitasnya, ia terus memecah batu. Meski fisiknya semakin renta, tapi semangatnya tak pernah surut.
Kakek Demi berkata, bahwa berat batu yang dipecahnya itu tidak sebanding dengan harga beras yang semakin lama semakin susah untuk Kakek Demi beli.
Kakek Demi duduk di tenda kecilnya yang rapuh. Matanya seringkali memandang kosong ke kejauhan, mengingat sosok sang istri yang telah meninggalkannya. Begitu banyak harapan yang kini hancur berkeping-keping, seperti batu-batu yang selalu ia pecah setiap hari.
Tidak Berbeda jauh dengan Kakek Demi, Nenek Samiah juga lansia yang terdampak dari melambungnya harga beras. Selain karena itu, nenek samiah juga harus menjalani kehidupannya yang sulit karena berjuang menyembuhkan penyakitnya dan memperjuangkan kehidupannya sebagai seorang pemulung yang penghasilannya tak seberapa.
Sahabat Amal, selain Kakek Demi dan Nenek Samiah, banyak lansia lain di pelosok Indonesia yang tidak mampu membeli beras, sehingga inilah saatnya kita membantu mereka.
Amal bakti mengajak Sahabat untuk sedekah beras kepada 1000 lansia di pelosok Indonesia.
“Janganlah engkau menyimpan harta (tanpa menyedekahkannya). Jika tidak, maka Allah akan menahan rezeki untukmu” (HR. Bukhari)
Salurkan sedekah terbaik dengan cara:
Kantor Yayasan Amal Bakti Dunia Islam
Jl. Panji Tilar Negara 150A. Tanjung Karang Kota Mataram-Lombok, Nusa Tenggara Barat